Erupsi Gunung Semeru: Potret Ancaman di Tanah Jawa Timur
![]() |
Erupsi Gunung Semeru |
Profil Singkat Gunung Semeru
Gunung Semeru termasuk dalam kategori gunung berapi tipe
stratovolcano, yaitu gunung berapi kerucut yang terbentuk dari lapisan lava,
abu vulkanik, dan material letusan lainnya. Di puncaknya terdapat kawah aktif
bernama Jonggring Saloko, yang menjadi pusat aktivitas vulkanik gunung
ini. Gunung Semeru dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di
Indonesia, dengan letusan-letusan kecil yang rutin terjadi.
Letusan Gunung Semeru umumnya bersifat eksplosif,
melemparkan abu vulkanik, batu pijar, dan material lava. Selain itu, awan panas
guguran sering kali terjadi akibat runtuhnya kubah lava yang terbentuk di
sekitar kawah. Fenomena ini menjadi ancaman utama bagi warga yang bermukim di
lereng gunung.
![]() |
Erupsi Gunung Semeru |
Sejarah Letusan Gunung Semeru
Sejak awal abad ke-19, Gunung Semeru telah beberapa kali
mengalami letusan dengan intensitas yang bervariasi. Salah satu letusan
terparah dalam sejarah modern terjadi pada 1 Desember 2021. Saat itu, letusan
dahsyat disertai awan panas menggulung beberapa desa di Kecamatan Pronojiwo dan
Candipuro. Material panas meluncur sejauh lebih dari 10 kilometer, menyebabkan
puluhan orang meninggal dunia dan ribuan lainnya harus mengungsi.
Dampak letusan ini juga merusak rumah, jembatan, lahan
pertanian, serta memutus akses jalan penghubung antar desa. Abu vulkanik yang
terbawa angin menyelimuti wilayah hingga puluhan kilometer dari lokasi letusan,
menyebabkan gangguan pernapasan dan kerusakan lingkungan.
Proses Terjadinya Erupsi
Erupsi Gunung Semeru terjadi akibat aktivitas magma di dalam
dapur magma gunung tersebut. Magma yang terbentuk akibat panas dari perut bumi
naik ke permukaan membawa gas-gas vulkanik. Seiring waktu, tekanan gas di dalam
dapur magma terus meningkat. Ketika tekanan tidak lagi dapat ditahan oleh
batuan di atasnya, terjadilah letusan yang memuntahkan material pijar, abu, dan
gas panas ke udara.
Di Gunung Semeru, aktivitas vulkanik juga memicu
terbentuknya kubah lava di sekitar kawah Jonggring Saloko. Ketika kubah lava
ini runtuh, material panas langsung meluncur ke bawah dalam bentuk awan
panas guguran yang bisa menempuh kecepatan hingga 100 km per jam, membakar
dan menghancurkan apa pun yang dilewatinya.
Dampak Langsung Erupsi Gunung Semeru
Dampak letusan Gunung Semeru sangat luas, mencakup:
- Korban
jiwa dan luka-luka akibat tertimpa material panas dan awan panas
guguran.
- Kerusakan
rumah penduduk, fasilitas umum, dan infrastruktur jalan serta
jembatan.
- Gangguan
kesehatan, seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), iritasi
mata, dan kulit akibat paparan abu vulkanik.
- Kerusakan
lahan pertanian dan perkebunan, yang menjadi sumber mata pencaharian
utama warga.
- Gangguan
akses transportasi akibat jalan tertutup material vulkanik dan
jembatan yang terputus.
Selain dampak fisik, erupsi juga menimbulkan dampak sosial
psikologis berupa trauma, ketakutan, dan ketidakpastian masa depan bagi warga
terdampak.
Upaya Mitigasi dan Penanggulangan Bencana
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir dampak erupsi Gunung Semeru.
Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:
- Peningkatan
sistem monitoring aktivitas vulkanik menggunakan seismograf dan
kamera CCTV di area kawah.
- Pemetaan
zona rawan bencana dan penetapan radius aman bagi masyarakat.
- Penyediaan
jalur evakuasi dan simulasi kebencanaan secara rutin bagi warga
desa sekitar.
- Pendirian
posko pengungsian, layanan medis, serta distribusi logistik saat
terjadi erupsi.
- Program
relokasi permanen bagi warga yang tinggal di zona sangat rawan
bencana.
Upaya mitigasi ini terus ditingkatkan, mengingat Gunung
Semeru masih aktif dan potensi letusan susulan selalu ada.
Aktivitas Gunung Semeru Saat Ini
Memasuki tahun 2025, Gunung Semeru masih menunjukkan
aktivitas vulkanik dengan status Siaga (Level III). Letusan kecil berupa
hembusan abu vulkanik setinggi 500-1000 meter masih terjadi beberapa kali dalam
sepekan. Guguran lava pijar juga masih tampak di lereng kawah Jonggring Saloko.
Karena kondisi ini, beberapa kawasan wisata dan jalur
pendakian menuju puncak Mahameru masih ditutup untuk umum. Pemerintah daerah
bersama Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terus melakukan pengawasan
ketat dan pembatasan aktivitas di sekitar gunung.
Nilai Kultural di Balik Gunung Semeru
Bagi masyarakat Jawa, khususnya warga Lumajang dan Malang,
Gunung Semeru memiliki nilai spiritual tinggi. Gunung ini dipercaya sebagai gunung
suci dalam mitologi Hindu Jawa kuno. Masyarakat sekitar masih menjalankan
tradisi ritual seperti Larung Sesaji dan Ruwatan Desa, sebagai
bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan kepada Sang Pencipta.
Selain sebagai objek wisata alam, Semeru juga menjadi bagian
penting dari kearifan lokal dan budaya spiritual masyarakat Jawa Timur.
Kesimpulan
Erupsi Gunung Semeru merupakan peristiwa alam yang
tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa diminimalisir dengan kesiapsiagaan
dan edukasi masyarakat. Pemerintah, relawan, dan warga harus terus bersinergi
dalam upaya mitigasi bencana, penyediaan jalur evakuasi yang memadai, serta
peningkatan sistem peringatan dini.
Di balik ancaman letusannya, Gunung Semeru tetap menyimpan
pesona keindahan dan nilai budaya yang tak ternilai. Dengan pengelolaan yang
bijaksana, kawasan ini bisa tetap menjadi tempat tinggal aman sekaligus
destinasi wisata alam dan spiritual bagi masyarakat Indonesia.