Erupsi Gunung Semeru: Potret Ancaman di Tanah Jawa Timur

Detikabar.com - Gunung Semeru, dikenal sebagai atap Pulau Jawa, memiliki pesona alam luar biasa yang mengundang para pendaki dan wisatawan dari berbagai penjuru. Berlokasi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, gunung ini menjulang setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut. Selain menyimpan keindahan panorama alam, Gunung Semeru juga menyimpan potensi ancaman bencana berupa erupsi yang terjadi secara berkala. Erupsi Gunung Semeru merupakan salah satu peristiwa alam yang memberikan dampak signifikan bagi warga sekitar, lingkungan, dan aktivitas sosial ekonomi di kawasan tersebut.


Erupsi Gunung Semeru


Profil Singkat Gunung Semeru

Gunung Semeru termasuk dalam kategori gunung berapi tipe stratovolcano, yaitu gunung berapi kerucut yang terbentuk dari lapisan lava, abu vulkanik, dan material letusan lainnya. Di puncaknya terdapat kawah aktif bernama Jonggring Saloko, yang menjadi pusat aktivitas vulkanik gunung ini. Gunung Semeru dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, dengan letusan-letusan kecil yang rutin terjadi.

Letusan Gunung Semeru umumnya bersifat eksplosif, melemparkan abu vulkanik, batu pijar, dan material lava. Selain itu, awan panas guguran sering kali terjadi akibat runtuhnya kubah lava yang terbentuk di sekitar kawah. Fenomena ini menjadi ancaman utama bagi warga yang bermukim di lereng gunung.

Erupsi Gunung Semeru

Sejarah Letusan Gunung Semeru

Sejak awal abad ke-19, Gunung Semeru telah beberapa kali mengalami letusan dengan intensitas yang bervariasi. Salah satu letusan terparah dalam sejarah modern terjadi pada 1 Desember 2021. Saat itu, letusan dahsyat disertai awan panas menggulung beberapa desa di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro. Material panas meluncur sejauh lebih dari 10 kilometer, menyebabkan puluhan orang meninggal dunia dan ribuan lainnya harus mengungsi.

Dampak letusan ini juga merusak rumah, jembatan, lahan pertanian, serta memutus akses jalan penghubung antar desa. Abu vulkanik yang terbawa angin menyelimuti wilayah hingga puluhan kilometer dari lokasi letusan, menyebabkan gangguan pernapasan dan kerusakan lingkungan.

Proses Terjadinya Erupsi

Erupsi Gunung Semeru terjadi akibat aktivitas magma di dalam dapur magma gunung tersebut. Magma yang terbentuk akibat panas dari perut bumi naik ke permukaan membawa gas-gas vulkanik. Seiring waktu, tekanan gas di dalam dapur magma terus meningkat. Ketika tekanan tidak lagi dapat ditahan oleh batuan di atasnya, terjadilah letusan yang memuntahkan material pijar, abu, dan gas panas ke udara.

Di Gunung Semeru, aktivitas vulkanik juga memicu terbentuknya kubah lava di sekitar kawah Jonggring Saloko. Ketika kubah lava ini runtuh, material panas langsung meluncur ke bawah dalam bentuk awan panas guguran yang bisa menempuh kecepatan hingga 100 km per jam, membakar dan menghancurkan apa pun yang dilewatinya.

Dampak Langsung Erupsi Gunung Semeru

Dampak letusan Gunung Semeru sangat luas, mencakup:

  • Korban jiwa dan luka-luka akibat tertimpa material panas dan awan panas guguran.
  • Kerusakan rumah penduduk, fasilitas umum, dan infrastruktur jalan serta jembatan.
  • Gangguan kesehatan, seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), iritasi mata, dan kulit akibat paparan abu vulkanik.
  • Kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, yang menjadi sumber mata pencaharian utama warga.
  • Gangguan akses transportasi akibat jalan tertutup material vulkanik dan jembatan yang terputus.

Selain dampak fisik, erupsi juga menimbulkan dampak sosial psikologis berupa trauma, ketakutan, dan ketidakpastian masa depan bagi warga terdampak.

Upaya Mitigasi dan Penanggulangan Bencana

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir dampak erupsi Gunung Semeru. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain:

  • Peningkatan sistem monitoring aktivitas vulkanik menggunakan seismograf dan kamera CCTV di area kawah.
  • Pemetaan zona rawan bencana dan penetapan radius aman bagi masyarakat.
  • Penyediaan jalur evakuasi dan simulasi kebencanaan secara rutin bagi warga desa sekitar.
  • Pendirian posko pengungsian, layanan medis, serta distribusi logistik saat terjadi erupsi.
  • Program relokasi permanen bagi warga yang tinggal di zona sangat rawan bencana.

Upaya mitigasi ini terus ditingkatkan, mengingat Gunung Semeru masih aktif dan potensi letusan susulan selalu ada.

Aktivitas Gunung Semeru Saat Ini

Memasuki tahun 2025, Gunung Semeru masih menunjukkan aktivitas vulkanik dengan status Siaga (Level III). Letusan kecil berupa hembusan abu vulkanik setinggi 500-1000 meter masih terjadi beberapa kali dalam sepekan. Guguran lava pijar juga masih tampak di lereng kawah Jonggring Saloko.

Karena kondisi ini, beberapa kawasan wisata dan jalur pendakian menuju puncak Mahameru masih ditutup untuk umum. Pemerintah daerah bersama Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terus melakukan pengawasan ketat dan pembatasan aktivitas di sekitar gunung.

Nilai Kultural di Balik Gunung Semeru

Bagi masyarakat Jawa, khususnya warga Lumajang dan Malang, Gunung Semeru memiliki nilai spiritual tinggi. Gunung ini dipercaya sebagai gunung suci dalam mitologi Hindu Jawa kuno. Masyarakat sekitar masih menjalankan tradisi ritual seperti Larung Sesaji dan Ruwatan Desa, sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan kepada Sang Pencipta.

Selain sebagai objek wisata alam, Semeru juga menjadi bagian penting dari kearifan lokal dan budaya spiritual masyarakat Jawa Timur.

Kesimpulan

Erupsi Gunung Semeru merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa diminimalisir dengan kesiapsiagaan dan edukasi masyarakat. Pemerintah, relawan, dan warga harus terus bersinergi dalam upaya mitigasi bencana, penyediaan jalur evakuasi yang memadai, serta peningkatan sistem peringatan dini.

Di balik ancaman letusannya, Gunung Semeru tetap menyimpan pesona keindahan dan nilai budaya yang tak ternilai. Dengan pengelolaan yang bijaksana, kawasan ini bisa tetap menjadi tempat tinggal aman sekaligus destinasi wisata alam dan spiritual bagi masyarakat Indonesia.

 

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel