Bahaya Sound Horeg bagi Ekosistem Laut: Antara Hiburan dan Ancaman Nyata

ekologis laut Horeg
ekologis laut Horeg

Detikabar.com - Fenomena Sound Horeg di Laut

Sound horeg kini marak digunakan dalam berbagai acara masyarakat, mulai dari hajatan hingga festival. Sayangnya, ketika aktivitas ini dibawa ke laut, dampaknya tidak hanya pada manusia yang menikmatinya, tetapi juga pada biota laut yang rentan terhadap kebisingan. Gelombang suara dengan intensitas tinggi bisa menembus air, menciptakan gangguan serius pada ekosistem laut.

Banyak orang belum menyadari bahwa laut adalah ruang hidup bagi organisme yang bergantung pada suara untuk navigasi, mencari makan, hingga berkomunikasi. Dengan demikian, kehadiran sound horeg bukan sekadar hiburan, melainkan potensi ancaman ekologis yang nyata.

Dampak Sound Horeg pada Ikan dan Biota Kecil

Ikan merupakan salah satu biota laut yang sangat sensitif terhadap getaran. Ketika sound horeg diputar di perairan, getaran suara dapat menyebabkan stres pada ikan. Stres berkepanjangan membuat ikan sulit berkembang biak, bahkan memicu perubahan perilaku seperti berpindah dari habitat aslinya.

Penurunan populasi ikan secara perlahan dapat berimbas pada rantai makanan laut. Nelayan di pesisir Jawa Timur bahkan mengaku hasil tangkapannya menurun ketika ada festival dengan sound horeg di dekat area tangkap. Fakta ini memperlihatkan hubungan langsung antara kebisingan buatan manusia dengan keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pesisir.

Ancaman bagi Mamalia Laut

Mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus menggunakan sonar alami untuk berkomunikasi dan bernavigasi. Penelitian IPB University menegaskan bahwa kebisingan seperti sound horeg bisa mengganggu sistem sonar ini. Gangguan sonar berisiko membuat mamalia laut tersesat, terdampar, bahkan tidak dapat berburu dengan efektif.

Fenomena terdamparnya paus di beberapa pantai Indonesia sering dikaitkan dengan polusi suara. Walaupun banyak faktor penyebab, aktivitas manusia seperti penggunaan sound horeg di laut memperbesar potensi ancaman tersebut.

Perspektif Ekologis dan Lingkungan

Dari sudut pandang ekologi, sound horeg di laut bukan sekadar masalah kebisingan, melainkan masalah ekosistem. Ketika satu jenis biota terganggu, dampaknya berantai hingga ke spesies lain. Laut sebagai sistem ekologis bekerja dengan keseimbangan yang halus, dan gangguan dari luar dapat merusaknya.

Selain itu, efek jangka panjang seperti rusaknya habitat alami, migrasi paksa biota, hingga hilangnya spesies tertentu bisa terjadi bila fenomena ini tidak dikendalikan. Karena itu, membicarakan sound horeg berarti membicarakan keberlanjutan ekologis laut itu sendiri.

Perspektif Keagamaan dan Sosial

Majelis Ulama Indonesia (MUI) di beberapa daerah telah mengeluarkan fatwa mengenai larangan sound horeg, bukan hanya karena mengganggu masyarakat, tetapi juga karena merusak ketertiban umum. Ketika praktik ini dibawa ke laut, aspek sosial dan spiritual semakin relevan.

Banyak komunitas nelayan tradisional juga menolak keberadaan sound horeg di laut. Mereka berpendapat bahwa budaya ini tidak sesuai dengan kearifan lokal yang mengedepankan harmoni dengan alam. Dari sisi sosial, benturan antara hiburan modern dan tradisi lokal semakin terlihat.

Regulasi dan Upaya Pemerintah

Hingga kini, regulasi terkait sound horeg masih terbatas pada aspek ketertiban umum. Namun, semakin banyak ahli dan aktivis lingkungan mendesak agar ada aturan khusus yang mengatur penggunaannya di laut. Tanpa regulasi yang jelas, fenomena ini bisa semakin merusak ekosistem laut dan menimbulkan konflik sosial.

Pemerintah daerah memiliki peran penting untuk menyeimbangkan kepentingan masyarakat: melestarikan budaya sekaligus menjaga kelestarian laut. Langkah preventif seperti edukasi dan penyuluhan kepada komunitas nelayan dan masyarakat pesisir menjadi kunci.

Edukasi Masyarakat Pesisir

Salah satu cara untuk mengurangi dampak sound horeg adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. Edukasi tentang dampak kebisingan terhadap ekosistem laut perlu digalakkan. Program-program berbasis komunitas yang melibatkan nelayan, tokoh masyarakat, dan pemuda pesisir bisa menjadi jalan tengah untuk mencari solusi.

Pendekatan edukasi juga bisa menekankan alternatif hiburan yang lebih ramah lingkungan. Dengan begitu, masyarakat tetap bisa melestarikan budaya tanpa harus mengorbankan laut sebagai sumber kehidupan.

Sudut Pandang Peneliti dan Aktivis

Menurut beberapa peneliti kelautan, intensitas kebisingan sound horeg bisa mencapai tingkat yang mengganggu sonar mamalia laut. Aktivis lingkungan juga menekankan bahwa isu ini bukan sekadar lokal, melainkan bagian dari problem global “ocean noise pollution.”

Saya sendiri sebagai penulis pernah berdiskusi dengan nelayan di Banyuwangi yang merasakan langsung dampak ini. Mereka bercerita hasil tangkapan ikan menurun drastis pada periode setelah festival sound horeg diadakan di tepi pantai. Kisah ini menunjukkan bahwa masalah tidak berhenti pada teori, tetapi nyata dirasakan masyarakat.

Ekologis Laut Horeg

Sebagai penutup, penting untuk melihat isu ini dari kacamata ekologis laut Horeg. Bahwa sound horeg di laut bukan sekadar soal selera musik atau hiburan, tetapi terkait erat dengan keseimbangan ekosistem, keberlangsungan mata pencaharian nelayan, dan tanggung jawab moral kita terhadap lingkungan. Membatasi praktik ini berarti menjaga laut tetap hidup, sehat, dan produktif bagi generasi mendatang.

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel