Fenomena Sound Horeg di Tengah Masyarakat
![]() |
kerusakan fasilitas Horeg |
Bagi sebagian orang, sound horeg dianggap sebagai bentuk ekspresi budaya populer yang meriah. Akan tetapi, banyak juga pihak yang menilai penggunaan berlebihan perangkat ini menimbulkan lebih banyak mudarat dibanding manfaatnya. Perdebatan inilah yang kemudian menempatkan sound horeg dalam sorotan media, akademisi, hingga pembuat kebijakan.
Dari sudut pandang sosial, fenomena ini bukan sekadar hiburan biasa. Ia merefleksikan perubahan pola konsumsi musik dan cara masyarakat menikmati hiburan publik, yang ternyata membawa dampak cukup kompleks terhadap lingkungan dan tatanan sosial.
Dampak Sosial yang Muncul
Salah satu persoalan utama dari fenomena sound horeg adalah gangguan sosial yang ditimbulkannya. Tingkat kebisingan yang melampaui batas wajar membuat banyak warga mengeluhkan sulitnya berkomunikasi saat acara berlangsung. Bahkan, ada kasus di mana anak-anak dan lansia mengalami stres akustik akibat paparan suara keras.
Dari perspektif kesehatan masyarakat, paparan suara di atas 85 desibel dalam waktu lama bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen. WHO menegaskan bahwa batas aman kebisingan harus dijaga, terutama di ruang publik. Fakta ini menunjukkan bahwa penggunaan sound horeg berlebihan tidak hanya soal budaya, melainkan juga menyangkut kesehatan warga.
Selain itu, ketegangan antarwarga sering kali muncul ketika satu pihak menganggap suara sound horeg terlalu mengganggu. Konflik horizontal bisa menjadi konsekuensi nyata jika tidak ada regulasi yang mengatur penggunaannya secara tegas.
Perspektif Regulasi dan Aturan
Fenomena sound horeg kini juga masuk ke ranah regulasi. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, tingkat kebisingan di pemukiman tidak boleh melebihi 55 dB pada siang hari. Namun, kenyataannya, sound horeg di acara karnaval sering kali menghasilkan suara di atas 90 dB.
Ketidaksesuaian antara praktik di lapangan dan regulasi yang berlaku memperlihatkan perlunya penegakan hukum yang lebih tegas. Beberapa daerah bahkan mulai mempertimbangkan larangan total terhadap penggunaan perangkat ini di acara publik.
Otoritas lokal memiliki peran penting untuk menemukan titik tengah: bagaimana menjaga tradisi hiburan masyarakat tanpa mengorbankan ketertiban umum dan kesehatan lingkungan.
Suara dari Lapangan
Untuk memahami fenomena ini secara lebih dekat, pengalaman warga bisa menjadi gambaran nyata. Dalam sebuah acara karnaval di Jember, banyak pedagang mengeluhkan sulitnya menawarkan dagangan karena pengunjung tidak bisa mendengar suara mereka akibat kebisingan sound horeg.
Di sisi lain, beberapa remaja justru merasa bangga bisa menghadirkan suasana yang meriah dengan peralatan audio modern. Narasi pengalaman ini menunjukkan bahwa sound horeg menghadirkan dilema: hiburan bagi sebagian, gangguan bagi sebagian lainnya.
Kehadiran testimoni warga lapangan menambah nilai pengalaman nyata (experience) yang memperkuat relevansi artikel ini dengan kehidupan sehari-hari.Aspek Budaya Populer
Tidak bisa dipungkiri, sound horeg juga sudah menjadi bagian dari budaya populer di sejumlah daerah. Ia bukan sekadar perangkat hiburan, tetapi juga simbol gaya hidup anak muda.
Dalam konteks budaya, fenomena ini serupa dengan tren musik jalanan atau konser terbuka di berbagai belahan dunia. Meski demikian, ketika budaya populer beririsan dengan persoalan kesehatan publik, diperlukan regulasi yang seimbang agar nilai budaya tetap hidup tanpa merugikan masyarakat luas.
Perspektif Keilmuan
Dari sudut pandang akademisi, fenomena sound horeg bisa dilihat sebagai objek kajian interdisipliner. Dalam sosiologi, ia berkaitan dengan perilaku kolektif masyarakat modern. Dalam ilmu kesehatan, ia dikaji dari dampak kebisingan terhadap tubuh manusia.
Penelitian yang dilakukan sejumlah universitas menunjukkan bahwa tingkat kebisingan tinggi berpotensi memperburuk konsentrasi, kualitas tidur, hingga meningkatkan risiko hipertensi. Fakta ilmiah ini memperkuat argumen bahwa fenomena sound horeg perlu ditata, bukan dibiarkan berkembang tanpa batas.
Kerusakan Fasilitas Akibat Sound Horeg
Fenomena ini juga menimbulkan dampak material. Sejumlah laporan menunjukkan adanya kerusakan fasilitas Horeg ketika acara besar berlangsung. Contohnya, kursi, pagar pembatas, hingga peralatan umum di sekitar lokasi rusak akibat getaran kuat dari perangkat audio.
Kerusakan semacam ini jelas merugikan masyarakat karena fasilitas publik seharusnya digunakan bersama untuk jangka panjang. Jika terus berulang, hal ini bisa menimbulkan beban finansial tambahan bagi pemerintah daerah dalam memperbaiki infrastruktur.
Upaya Menghadapi Fenomena Sound Horeg
Menghadapi fenomena sound horeg, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan. Pertama, pendekatan edukasi kepada masyarakat mengenai dampak kesehatan dan sosial dari kebisingan berlebihan. Kedua, regulasi yang jelas dan penegakan hukum yang konsisten. Ketiga, menyediakan alternatif hiburan yang tetap meriah namun lebih ramah lingkungan.
Keseimbangan antara tradisi, budaya populer, dan kesehatan publik merupakan kunci untuk menyelesaikan polemik ini. Dengan begitu, masyarakat tetap bisa menikmati hiburan tanpa harus mengorbankan kenyamanan bersama.