25 Calon Jemaah Haji Asal Kota Malang Terpaksa Pisah Kloter Akibat Kendala Syarikah

Detikabar.com - Kota Malang kembali menjadi sorotan menjelang keberangkatan calon jemaah haji (CJH) 2025. Sebanyak 25 calon jemaah asal kota ini terpaksa dipisahkan dari kloter utama karena kendala administratif dengan pihak syarikah, yakni perusahaan penyedia layanan di Arab Saudi yang ditunjuk untuk menangani akomodasi, transportasi, dan katering para jemaah selama berada di Tanah Suci.

Keputusan pemisahan ini sontak menjadi perhatian, tak hanya bagi para jemaah dan keluarga, tetapi juga pemerintah daerah setempat. Pasalnya, keberangkatan haji merupakan momen sakral yang telah dinantikan bertahun-tahun oleh setiap calon jemaah. Kendala administratif yang muncul di saat-saat terakhir tentu memunculkan kecemasan dan kekhawatiran di kalangan jemaah dan kerabatnya.




Jamaah Haji Malang 2025


Kronologi Pemisahan Kloter

Informasi mengenai pemisahan 25 CJH asal Kota Malang ini disampaikan secara resmi oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang, sehari sebelum keberangkatan kloter utama menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Menurut Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kota Malang, pemisahan ini terjadi lantaran adanya masalah teknis administratif dengan syarikah yang berkaitan dengan data dan layanan di Arab Saudi.

"Syarikah sebagai penyedia layanan di Arab Saudi mengalami keterlambatan dalam proses verifikasi dokumen 25 jemaah kita. Akibatnya, sistem di Arab Saudi tidak dapat mengakomodasi mereka dalam kloter asal. Solusi terbaik agar keberangkatan mereka tetap berjalan adalah dengan menempatkan mereka di kloter cadangan," jelasnya.

Kloter utama CJH Kota Malang dijadwalkan berangkat dalam dua kelompok besar, yakni kloter 76 dan 77. Sedangkan 25 CJH yang terdampak akan diberangkatkan beberapa hari setelahnya, tergabung bersama jemaah dari daerah lain dalam kloter khusus.

Jamaah Haji Malang 2025

Respons Calon Jemaah dan Keluarga

Situasi ini tentu tidak mudah bagi para calon jemaah dan keluarga yang telah mempersiapkan segala kebutuhan dan jadwal keberangkatan bersama-sama. Beberapa calon jemaah menyampaikan rasa kecewa, namun tetap berupaya untuk menerima keputusan ini dengan lapang dada.

"Saya dan suami sudah daftar haji sejak 13 tahun lalu. Kami berdua seharusnya berangkat di kloter 76, tapi karena kendala syarikah, saya harus berangkat belakangan. Rasanya sedih karena tidak bisa bersama di pesawat dan hotel yang sama di Mekkah nanti," ungkap Siti Nur Hasanah, salah satu CJH yang terdampak.

Hal senada disampaikan keluarga jemaah. Mereka berharap proses pemisahan ini tidak mengganggu ibadah haji yang sudah lama dinantikan para calon jemaah.

"Sebenarnya ini di luar prediksi, karena dari jauh-jauh hari kami sudah persiapkan keberangkatan bareng. Semoga ini tidak jadi penghalang ibadah mereka, dan tetap diberi kelancaran," kata Ahmad Syafii, kerabat salah satu jemaah.

Jamaah Haji Malang 2025

Upaya Kemenag dan Pemkot Malang

Untuk meredakan kekhawatiran para jemaah, Kemenag Kota Malang bergerak cepat dengan melakukan pendampingan dan komunikasi intensif kepada 25 jemaah yang terpisah. Pihaknya memastikan bahwa seluruh fasilitas, akomodasi, dan layanan bagi jemaah tetap akan diberikan sesuai standar meskipun mereka tergabung di kloter berbeda.

"Kami sudah berkoordinasi dengan panitia haji daerah, panitia embarkasi, dan tim di Arab Saudi. Jemaah akan mendapatkan hak yang sama seperti kloter utama, baik fasilitas hotel, transportasi, maupun katering. Pendamping khusus juga disiapkan untuk memastikan kenyamanan mereka," tegas Kepala Kemenag Kota Malang.

Selain itu, Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Kesehatan turut menyiapkan tenaga medis untuk mendampingi 25 jemaah tersebut, memastikan kondisi kesehatan mereka tetap terpantau hingga proses ibadah selesai.

Penyebab dan Dampak Administratif

Kendala administratif dengan syarikah ini bukan hal yang pertama terjadi dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia. Sistem layanan haji internasional yang mengandalkan koordinasi lintas negara kerap menghadapi tantangan teknis di tahap verifikasi akhir. Faktor validasi dokumen dan perubahan regulasi di Arab Saudi menjadi beberapa penyebab utama terjadinya kasus pemisahan kloter.

Kendala ini berdampak pada psikologis jemaah yang telah mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk berangkat bersama. Di sisi lain, panitia daerah harus menyesuaikan kembali jadwal, akomodasi, hingga administrasi keberangkatan.

"Dampak administratif seperti ini memang berat, tapi kami harus memastikan bahwa prinsip keselamatan dan kelancaran ibadah tetap menjadi prioritas," jelas Kepala Seksi Haji Kemenag Kota Malang.

Harapan ke Depan

Berangkat dari kejadian ini, Kemenag dan Pemerintah Kota Malang berjanji akan meningkatkan sistem verifikasi administratif lebih awal untuk keberangkatan haji di tahun-tahun mendatang. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan dokumen dan data jemaah sejak enam bulan sebelum jadwal keberangkatan, serta memastikan komunikasi aktif dengan pihak syarikah di Arab Saudi.

Selain itu, diusulkan agar setiap kota memiliki perwakilan tim monitoring langsung di Saudi untuk memastikan segala bentuk layanan berjalan tanpa kendala teknis administratif yang dapat merugikan jemaah.

"Jemaah kita sudah menunggu bertahun-tahun, jangan sampai hal administratif yang bisa diantisipasi sejak awal membuat mereka kecewa. Evaluasi dan pembenahan mutlak dilakukan," tegas Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat.

Doa dan Dukung Masyarakat

Meski harus berpisah kloter, masyarakat Malang tetap memberikan doa dan dukungan penuh kepada seluruh jemaah. Berbagai kelompok pengajian, komunitas majelis taklim, hingga organisasi masyarakat menggelar doa bersama untuk kelancaran keberangkatan, ibadah, dan keselamatan jemaah hingga kembali ke tanah air.

"Semoga semua jemaah, baik yang berangkat kloter utama maupun kloter cadangan, diberi kesehatan, kelancaran, dan pulang membawa predikat haji mabrur," ucap pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, KH Abdul Hanan.

Perjalanan haji adalah panggilan suci yang menjadi impian setiap umat Muslim. Meskipun dihadapkan pada kendala administratif, para jemaah asal Kota Malang tetap menyambut kesempatan ini dengan ikhlas dan penuh keyakinan. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi penyelenggara untuk terus membenahi sistem pelayanan haji, demi memberikan pengalaman ibadah yang khusyuk, aman, dan nyaman bagi seluruh jemaah.

 

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel