Bahaya Sound Horeg bagi Kesehatan Telinga: Fakta, Risiko, dan Pencegahan

tinnitus karena Horeg
tinnitus karena Horeg

Detikabar.com - Fenomena sound horeg semakin populer di berbagai daerah, terutama di acara hiburan dan pesta rakyat. Suara yang dihasilkan begitu keras, bahkan mencapai tingkat kebisingan setara mesin jet. Meski dianggap seru oleh sebagian orang, kenyataannya paparan suara ekstrem dari sound horeg bisa menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan, terutama pada indera pendengaran.

Banyak penelitian medis dan peringatan dari tenaga ahli yang menunjukkan bahwa sound horeg bukan sekadar gangguan kebisingan biasa. Dalam jangka panjang, paparan suara dengan intensitas tinggi bisa menyebabkan gangguan permanen, mulai dari telinga berdenging, saraf telinga terganggu, hingga kehilangan pendengaran total. Oleh karena itu, memahami risiko dan upaya pencegahan menjadi hal yang sangat penting.

Apa Itu Sound Horeg dan Mengapa Berbahaya?

Sound horeg adalah istilah untuk sistem audio dengan daya besar yang menghasilkan suara keras tanpa memperhatikan standar kenyamanan maupun kesehatan telinga. Pada praktiknya, sound horeg bisa menembus 100–120 desibel (dB). Untuk perbandingan, percakapan normal hanya sekitar 60 dB, sedangkan suara jet take-off sekitar 120 dB.

Paparan di atas 85 dB selama lebih dari 8 jam sudah berpotensi menimbulkan kerusakan telinga permanen. Artinya, berada di dekat sound horeg meski hanya beberapa menit saja bisa berisiko tinggi bagi kesehatan pendengaran.

Mekanisme Kerusakan Telinga Akibat Sound Horeg

Telinga manusia memiliki sel rambut halus di dalam koklea. Sel rambut inilah yang menangkap getaran suara dan mengubahnya menjadi sinyal listrik untuk diteruskan ke otak. Sayangnya, sel rambut ini sangat rapuh dan tidak bisa beregenerasi.

Ketika terpapar suara keras seperti sound horeg, sel rambut bisa rusak atau mati. Gejalanya muncul dalam bentuk:

  • Telinga berdenging (tinnitus sementara).

  • Pendengaran terasa tertutup atau berkurang.

  • Kesulitan memahami percakapan di lingkungan ramai.

Jika paparan terjadi berulang kali, kerusakan menjadi permanen. Kondisi ini disebut Noise-Induced Hearing Loss (NIHL), yang berarti gangguan pendengaran akibat kebisingan.

Risiko Jangka Panjang Sound Horeg

Paparan sound horeg tidak hanya memengaruhi telinga, tetapi juga berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Risiko jangka panjang meliputi:

  • Tinnitus kronis yang berlangsung terus-menerus.

  • Gangguan saraf pendengaran, yang memengaruhi keseimbangan tubuh.

  • Tuli permanen atau kehilangan pendengaran sensorineural.

  • Stres psikologis akibat dengungan telinga yang tak kunjung hilang.

Penelitian WHO tahun 2021 menunjukkan, paparan suara dengan intensitas 100 dB selama 15 menit saja sudah cukup untuk menimbulkan risiko permanen. Sound horeg yang sering kali melebihi angka ini jelas masuk kategori berbahaya.

Tinnitus Karena Horeg: Gangguan yang Sering Diabaikan

Salah satu dampak yang sering muncul adalah tinnitus karena Horeg. Kondisi ini ditandai dengan bunyi berdenging, berdesis, atau berdengung di telinga meskipun tidak ada sumber suara dari luar.

Bagi sebagian orang, tinnitus hanya berlangsung singkat setelah mendengar suara keras. Namun, pada kasus lain, tinnitus bisa menjadi kronis dan permanen. Hal ini tentu mengganggu kualitas hidup, termasuk kesulitan tidur, gangguan konsentrasi, hingga kecemasan berlebihan.

Sayangnya, banyak orang menganggap tinnitus bukan masalah serius, padahal ini merupakan tanda awal kerusakan telinga yang bisa berujung pada tuli permanen jika diabaikan.

Perspektif Medis: Penjelasan Ahli THT

Menurut sejumlah dokter THT, salah satunya dari Universitas Airlangga, intensitas sound horeg sering kali berada jauh di atas batas aman. Dokter menyebutkan bahwa telinga manusia hanya mampu menoleransi suara hingga 85 dB dalam durasi lama, sementara di atas itu risikonya meningkat tajam.

Kondisi parah bisa terjadi jika seseorang terpapar 120 dB lebih dari 1–2 menit tanpa perlindungan. Ini sebanding dengan menempelkan telinga langsung pada mesin jet. Dengan kata lain, sound horeg adalah sumber kebisingan yang sangat tidak bersahabat bagi sistem pendengaran manusia.

Dampak Sosial dari Fenomena Sound Horeg

Selain masalah medis, sound horeg juga menimbulkan dampak sosial. Banyak warga sekitar lokasi acara mengeluhkan gangguan tidur, stres, hingga anak-anak yang menjadi rewel karena suara terlalu keras. Beberapa daerah bahkan mulai mengeluarkan aturan pembatasan penggunaan sound system berdaya tinggi karena meningkatnya laporan gangguan kesehatan masyarakat.

Kritik dan protes warga terhadap sound horeg bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga tentang hak atas lingkungan hidup yang sehat dan aman.

Cara Melindungi Diri dari Bahaya Sound Horeg

Meski sulit mengendalikan keberadaan sound horeg di sekitar kita, ada langkah praktis untuk melindungi telinga:

  1. Gunakan pelindung telinga (earplug atau earmuff) saat berada di dekat sumber suara keras.

  2. Batasi waktu paparan—hindari berdiri terlalu lama di dekat sound system.

  3. Jaga jarak minimal beberapa meter dari pengeras suara.

  4. Ikuti aturan 60/60 untuk musik pribadi: 60% volume maksimal, maksimal 60 menit.

  5. Periksa telinga secara berkala jika sering berada di lingkungan bising.

Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko kerusakan telinga bisa ditekan seminimal mungkin.

Apakah Regulasi Cukup Mengatasi Masalah Ini?

Beberapa pemerintah daerah sudah mulai menyoroti fenomena sound horeg. Ada surat edaran yang mengatur standar penggunaan sound system, termasuk batasan jam dan volume. Namun, penerapan regulasi ini sering kali lemah karena minimnya pengawasan.

Padahal, regulasi tegas sangat diperlukan untuk mencegah generasi muda dari risiko gangguan pendengaran permanen. Jika tidak ada upaya kolektif, kasus tinnitus, tuli dini, dan gangguan saraf akibat kebisingan berlebihan akan terus meningkat.

Edukasi Masyarakat: Kunci Pencegahan

Langkah paling penting adalah edukasi masyarakat. Banyak orang yang belum memahami bahwa suara keras bisa sama berbahayanya dengan polusi udara atau makanan tidak sehat. Dengan meningkatkan kesadaran publik, khususnya remaja dan komunitas musik, risiko kesehatan akibat sound horeg dapat ditekan.

Media, lembaga kesehatan, dan tokoh masyarakat perlu bersinergi memberikan pemahaman tentang batas aman kebisingan. Semakin cepat masyarakat sadar, semakin besar peluang mencegah generasi mendatang dari risiko gangguan pendengaran permanen.

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel