Kontroversi dan Fenomena Sound Horeg: Antara Hiburan, Etika, dan Regulasi
![]() |
fatwa MUI horeg |
Sound horeg adalah istilah yang semakin sering terdengar di berbagai media sosial dan acara hiburan masyarakat. Suara dentuman keras dari sound system yang di-setting ekstrem membuat fenomena ini cepat viral, terutama di kalangan anak muda yang menggemari musik remix. Namun, di balik popularitasnya, sound horeg juga menimbulkan pro dan kontra karena efeknya pada lingkungan, kesehatan, hingga aspek hukum.
Fenomena ini bukan sekadar tren musik, melainkan juga bagian dari budaya digital yang berkembang pesat. Video-video pertunjukan dengan sound horeg sering menyebar luas di TikTok, YouTube, hingga Instagram, menjadikannya bagian dari gaya hidup populer. Meski begitu, tren ini mengundang banyak pertanyaan: apakah hanya sekadar hiburan, atau justru mengandung dampak negatif yang harus ditertibkan?
Latar Belakang Budaya dan Sosial Sound Horeg
Munculnya sound horeg tidak terlepas dari budaya remix dan hiburan jalanan. Di sejumlah daerah, sound system menjadi simbol prestise dan daya tarik sebuah acara. Makin keras dentumannya, makin dianggap meriah. Sayangnya, tidak semua orang bisa menikmati, karena dentuman ekstrem berpotensi mengganggu masyarakat sekitar.
Secara sosial, fenomena ini juga menunjukkan pergeseran tren hiburan masyarakat. Anak muda yang dulunya menikmati musik akustik atau band indie, kini lebih tertarik dengan nuansa EDM versi lokal. Hal ini membuat sound horeg jadi identitas baru bagi komunitas tertentu, meski tetap menimbulkan gesekan dengan nilai-nilai ketertiban umum.
Risiko Kesehatan Akibat Paparan Sound Horeg
Salah satu kritik terbesar terhadap sound horeg adalah dampaknya terhadap kesehatan, terutama pendengaran. Volume suara yang melebihi ambang batas normal bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen. WHO sendiri merekomendasikan batas paparan suara agar tidak lebih dari 85 dB untuk jangka panjang.
Selain itu, paparan suara bising juga bisa memicu stres, gangguan tidur, hingga meningkatnya risiko tekanan darah tinggi. Artinya, meski sound horeg terasa seru bagi sebagian orang, efek jangka panjangnya terhadap kesehatan tidak bisa dianggap remeh. Inilah alasan mengapa sejumlah pihak menuntut adanya regulasi yang lebih ketat.
Sound Horeg dalam Perspektif Hukum dan Regulasi
Fenomena ini juga masuk ke ranah hukum. Beberapa daerah sudah mulai memberlakukan aturan mengenai penggunaan sound system, termasuk larangan beroperasi hingga larut malam atau pembatasan volume suara. Pelanggaran dapat berujung pada teguran, denda, hingga penyitaan peralatan.
Aspek regulasi ini penting untuk menyeimbangkan antara hak individu dalam mengekspresikan diri melalui musik dengan hak masyarakat untuk mendapatkan lingkungan yang nyaman. Banyak ahli hukum berpendapat, tanpa regulasi tegas, konflik horizontal bisa saja terjadi.
Perspektif Agama: Fatwa MUI Horeg
Selain aspek kesehatan dan hukum, fenomena sound horeg juga menyentuh ranah keagamaan. Beberapa tokoh agama menyoroti bahwa hiburan semacam ini bisa menimbulkan kemudaratan lebih besar daripada manfaatnya. Bahkan kini ramai dibicarakan mengenai fatwa MUI horeg yang menjadi acuan bagi sebagian masyarakat dalam menilai boleh tidaknya fenomena ini dilanjutkan.
Fatwa tersebut tidak hanya bicara soal kebisingan, tetapi juga soal menjaga etika sosial, adab bertetangga, dan menghindari mudarat. Dengan adanya panduan keagamaan ini, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam menyeimbangkan hiburan dengan nilai moral.
Perspektif Psikologis: Mengapa Sound Horeg Digemari?
Dari sisi psikologi, suara dentuman keras dan ritme cepat bisa memicu pelepasan hormon dopamin yang membuat pendengar merasa senang. Inilah alasan mengapa sound horeg begitu diminati, meski bagi sebagian orang dianggap mengganggu.
Fenomena ini serupa dengan efek konser musik atau festival EDM, hanya saja versi lokal dengan setting sound yang lebih ekstrem. Artinya, sound horeg sebenarnya mengisi kebutuhan emosional tertentu, meski tetap menimbulkan perdebatan dari sisi sosial.
Dampak Ekonomi dan Industri Hiburan
Tidak bisa dipungkiri, tren ini membuka peluang ekonomi baru. Banyak vendor sound system, DJ lokal, hingga event organizer mendapatkan keuntungan besar dari popularitas sound horeg. Bahkan, sejumlah daerah menjadikan fenomena ini sebagai daya tarik acara tertentu.
Namun, ekonomi yang lahir dari tren ini juga punya risiko. Jika tidak diatur, persaingan tidak sehat bisa terjadi, misalnya lomba sound dengan volume berlebihan hanya demi gengsi. Tanpa regulasi, keuntungan ekonomi bisa dibarengi dengan kerugian sosial.
Peran Media Sosial dalam Populerkan Sound Horeg
Media sosial memiliki peran besar dalam membuat sound horeg mendunia. Tren ini awalnya hanya berkembang di komunitas lokal, tetapi berkat algoritma platform digital, kini bisa menjangkau audiens internasional.
Sayangnya, viralitas ini juga mendorong banyak orang mencoba tren tanpa mempertimbangkan dampaknya. Misalnya, penggunaan sound horeg di acara kecil yang tidak memiliki izin resmi, yang akhirnya menimbulkan keluhan warga. Dengan kata lain, media sosial jadi pedang bermata dua bagi tren ini.
Menemukan Jalan Tengah: Hiburan yang Tetap Bijak
Meski penuh kontroversi, banyak pihak menilai sound horeg tidak perlu dihapus sepenuhnya, melainkan dikelola dengan bijak. Dengan aturan jelas, kesadaran kesehatan, dan panduan moral, fenomena ini bisa tetap menjadi bagian dari hiburan masyarakat tanpa menimbulkan konflik.
Komunitas sound system juga didorong untuk lebih kreatif dalam mengatur setting audio agar tetap seru tanpa membahayakan. Begitu pula masyarakat, diharapkan bisa lebih terbuka dalam memahami tren baru tanpa meninggalkan nilai-nilai sosial yang mendasari kehidupan bersama.