Polemik Sound Horeg di Malang: Antara Tradisi Hiburan dan Gangguan Sosial
Karnaval sound horeg di Malang selalu menjadi tontonan yang ramai. Truk besar yang dilengkapi dengan perangkat sound system bertenaga tinggi menghentak jalanan, memikat penonton dengan dentuman bass. Namun, di balik kemeriahan itu, muncul keresahan warga sekitar yang merasa terganggu oleh kebisingan.
Kasus terbaru di Malang bahkan sampai memicu bentrokan fisik. Insiden tersebut menyita perhatian publik dan menjadi bahan diskusi di berbagai media. Hal ini menunjukkan bahwa sound horeg bukan sekadar hiburan, melainkan juga persoalan sosial yang kompleks.
Hiburan Modern atau Gangguan Publik?
Bagi kalangan muda, sound horeg menjadi ajang unjuk kreativitas. Mereka bisa menunjukkan gaya, komunitas, sekaligus merayakan budaya modern. Namun bagi warga, terutama yang rumahnya berada dekat jalur karnaval, suara keras hingga larut malam terasa seperti gangguan nyata.
Perbedaan persepsi inilah yang kerap memicu konflik. Di satu sisi, ada yang menganggapnya sebagai bagian dari hiburan rakyat. Di sisi lain, ada yang merasa hak tenangnya dirampas. Ketegangan ini akhirnya berujung pada kericuhan yang sempat viral.
Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan
Banyak riset membuktikan bahwa paparan suara keras bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Suara di atas 85 dB, jika terus-menerus, dapat menimbulkan gangguan pendengaran permanen. Selain itu, kebisingan yang ekstrem juga berpotensi menimbulkan stres, gangguan tidur, hingga tekanan darah tinggi.
Masyarakat yang terpapar dentuman sound horeg berjam-jam tentu merasakan dampak nyata. Oleh karena itu, permintaan agar pemerintah daerah menetapkan aturan tegas bukanlah hal berlebihan. Regulasi soal jam, volume, dan lokasi karnaval sangat dibutuhkan.
Mediasi Aparat dan Jalan Damai
Kericuhan yang terjadi akhirnya berhasil diselesaikan melalui mediasi. Aparat kepolisian turun tangan mempertemukan pihak-pihak yang bertikai. Kesepakatan damai pun tercapai, dan masing-masing pihak berjanji untuk menjaga kondusivitas.
Dalam proses ini, mediaksi warga Horeg menjadi langkah penting yang menunjukkan peran aktif masyarakat dalam menyelesaikan konflik. Aparat tidak hanya bertindak sebagai penengah, tetapi juga memastikan bahwa penyelesaian tidak sekadar formalitas, melainkan benar-benar menyentuh akar masalah.
Perspektif Ekonomi dan Komunitas
Sound horeg juga punya sisi ekonomi yang besar. Penyedia jasa sound system mendapat pemasukan signifikan, pedagang kecil ikut kecipratan rezeki, dan komunitas musik lokal merasa punya panggung. Dari sisi ini, wajar jika ada yang ngotot mempertahankan tradisi karnaval tersebut.
Namun, manfaat ekonomi tidak boleh mengabaikan ketertiban publik. Apalagi jika keuntungan segelintir orang justru merugikan banyak warga. Dilema inilah yang membuat pemerintah daerah harus menimbang dengan cermat, agar tradisi tetap hidup tanpa mengorbankan kenyamanan masyarakat.
Belajar dari Daerah Lain
Beberapa daerah di Jawa Timur telah mengambil langkah progresif untuk mengatur penggunaan sound system. Misalnya, ada aturan bahwa acara dengan sound keras hanya boleh berlangsung hingga pukul 22.00. Ada juga daerah yang menerapkan standar maksimal desibel.
Langkah-langkah ini terbukti mampu menekan potensi konflik. Jika diterapkan di Malang, peraturan semacam itu bisa menjadi solusi jangka panjang. Selain itu, regulasi juga bisa memberi kepastian hukum bagi panitia dan warga, sehingga tidak ada lagi ruang abu-abu yang menimbulkan perselisihan.
Pandangan Pakar Kesehatan Lingkungan
Menurut pakar kesehatan lingkungan, kebisingan ekstrem tidak hanya mengganggu telinga, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup masyarakat. Mereka menekankan pentingnya standar kebisingan untuk acara publik. Tanpa standar ini, konflik akan terus berulang karena tidak ada batas jelas antara hiburan dan gangguan.
Kajian akademis tentang dampak kebisingan di Malang dapat menjadi dasar kuat bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan. Selain itu, hasil kajian juga bisa dijadikan bahan edukasi kepada masyarakat tentang risiko kesehatan dari paparan suara keras.
Peran Media dalam Membangun Persepsi
Media memainkan peran besar dalam membentuk opini publik soal sound horeg. Sayangnya, banyak pemberitaan hanya fokus pada kericuhan, tanpa menggali akar masalah atau menawarkan solusi. Padahal, pemberitaan yang mendalam bisa membantu masyarakat memahami persoalan ini dari berbagai sisi.
Liputan yang menyajikan analisis kesehatan, aspek hukum, hingga solusi regulasi tentu lebih bermanfaat. Dengan begitu, pembaca tidak hanya tahu apa yang terjadi, tetapi juga mengapa itu terjadi dan bagaimana sebaiknya diselesaikan.
Jalan Tengah yang Bisa Ditempuh
Agar polemik sound horeg tidak terus berulang, diperlukan jalan tengah. Regulasi adalah salah satu solusi, tetapi kesadaran masyarakat juga penting. Panitia karnaval harus memahami bahwa hiburan tidak boleh mengorbankan kenyamanan orang lain.
Di sisi lain, warga juga perlu memberi ruang bagi ekspresi budaya anak muda. Jika kedua pihak bisa saling menghargai, konflik bisa dicegah. Dengan kolaborasi, sound horeg bisa tetap menjadi hiburan khas Malang tanpa menimbulkan keresahan sosial.
